Thursday, July 26, 2012

Batik "Gajah Uling", Khas Banyuwangi

Batik Gajah uling melambangkan sesuatu kekuatan, yang tumbuh dari dalam jati diri masyarakat Banyuwangi. Pemaknaannya berkaitan dengan karakter masyarakat yang bersifat religius. Dengan penyebutan Gajah Eling, yang artinya eling (mengingat) kemahabesaran sang pencipta adalah sebuah jalan terbaik dalam menjalani hidup masyarakat Banyuwangi.

Selain itu, adanya keterkaitan dengan sosok misteri pada sejarah Blambangan. Penaklukan Blambangan oleh Mataram, yakni pada masa Sultan Agung Hanyokro Kusumo (1613-1645 M). Dimana kekusaan Mataram inilah banyak kawula Blambangan yang dibawa ke pusat pemerintahan Mataram Islam di Plered, Kotagede.

Mereka banyak yang belajar membatik di Keraton Mataram Islam.

Sejarah batik sudah dikenal oleh tradisi keratin di Jawa sejak abad 15. Khususnnya pada pemerintahan Sultan Agung. Setelah perkembangan zaman terjadi kepentingan politik mutualisme, dengan menetapkan tradisi membatik sebagai sebuah tradisi sebuah identitas. Penguasaan terhadap budaya yang dilingkupinya. Menariknya, sosok batik khas Banyuwangi tidak terpengaruh unsur Mataram atau pun Bali.

Kurang gregetnya batik di Banyuwangi bukan berarti Banyuwangi tidak memiliki nilai estetika ragam hias arsitektural atau ragam hias ornamental. Justru menumbuh kembangkan batik Banyuwangi berarti menggali kembali segi atau nilai estetika Blambangan yang tersebar pada tinggalan Arkeologi yang ada.

***

Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, adalah salah satu wilayah produsen batik, yang jarang ditengok orang. Padahal, kekhasan batik Banyuwangi dengan ciri gajah uling-nya, tak dapat dikesampingkan begitu saja.

Gajah uling memang bentuk dasar batik Banyuwangi. Pada kain batik produksi kota ini, selalu ada gambar gajah uling. Dari asal katanya, kata itu merupakan gabungan kata dari gajah, dan uling, yaitu sejenis ular yang hidup di air (semacam belut).

Ciri itu berbentuk seperti tanda tanya, yang secara filosofis merupakan bentuk belalai gajah dan sekaligus bentuk uling. Di samping unsur utama itu, karakter batik tersebut juga dikelilingi sejumlah atribut lain. Di antaranya, kupu-kupu, suluran (semacam tumbuhan laut), dan manggar (bunga pinang atau bunga kelapa).

“Itu konsep dasar gajah uling. Kalau ada batik dengan unsur-unsur itu, dan latar belakangnya putih, berarti itu batik khas Banyuwangi,” kata Pemimpin Kelompok Pengrajin Batik “Sayu Wiwit”, Temenggungan, Kecamatan Banyuwangi, Soedjojo Dulhadji.

Dari arti katanya, gajah yang merupakan hewan bertubuh besar, berarti mahabesar. Sedangkan uling berarti eling, atau ingat. “Jadi, berdasar telaahan saya pribadi, gajah uling ini mengajak kita untuk selalu ingat kepada yang mahabesar, kepada Tuhan,” katanya.

Toh, sampai sekarang belum ada kesepakatan final mengenai dasar filosofi gajah uling. Sehingga, masing-masing pengusaha batik memilikikeyakinan sendiri-sendiri tentang keberadaan trade mark batik Banyuwangi ini.

Soedjojo, bisa dikelompokkan sebagai penganut aliran konvensional yang masih setia pada pakem gajah uling. Tak heran, kain batik produksiSayu Wiwit, selain menampakkan wajah gajah uling dengan kentara, juga banyak yang berlatar belakang putih. Pasalnya, ia berpendapat batik khas Banyuwangi memang seharusnya berwarna dasar putih.

Mempekerjakan 25-30 tenaga kerja, Sayu Wiwit selama ini melayani pasaran batik di Kota Banyuwangi dan sekitarnya. Pasar andalannya, baju seragam siswa dan karyawan di lingkungan Banyuwangi, yang digerakkan atas rekomendasi Bupati Banyuwangi.

***
Lain halnya dengan Suyadi, pemilik Sanggar Batik Virdes di Desa Simbar, Kecamatan Cluring. Bagi Suyadi, pakem gajah uling bisa dikembangkan konsepnya dengan sedemikian rupa, mengikuti selera pasar. “Prinsip saya, pembeli adalah bos. Sehingga bagaimana kata konsumen, saya akan ikuti. Yang penting bentuk gajah uling tidak ditinggalkan,
masih tetap ada,” jelasnya.

Tak heran, corak batik Virdes terlihat lebih dinamis, karena lebih berani mengacak pakem gajah uling. Akibatnya, wajah trade mark khas Banyuwangi itu terselip di antara keramaian warna dan gambar lainnya.

Suyadi tak terlalu pusing dengan omzet produksi batik yang banyak dari segi kuantitatif. Untuk setiap corak baru yang dibuatnya-misalnya corak baru batik sutra-ia hanya membuat sepanjang enam meter saja, sebagai sampel.

Sampel itu kemudian dipajang di galeri mininya di Desa Simbar, atau dipamerkan di stan-stan pameran. Biasanya, tak lama setelah motif baru itu dipasarkan, sudah ada pembeli yang memesan, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak, misalnya mencapai 100 lebih.

“Sesudah ada pesanan dari konsumen itulah, saya memproduksi batik motif itu sesuai jumlah yang dipesan,” katanya. Dengan corak baru yang sering berganti dan jenis kain yang juga disesuaikan keinginan pembeli, ia berani mematok harga tinggi untuk batik produksinya.

Harga batik tulis dan batik cap di Virdes, berkisar antara Rp 14.000 per meter, sampai Rp 1 juta per meter. Harga itu bisa dinilai wajar, karena konsumen langganan batik Virdes adalah kalangan pejabat, pengusaha, dan pelanggan mancanegara.

Sejumlah pasar yang telah dirambahnya, antara lain Palembang, Jambi, sejumlah kota di Kalimantan, dan hampir semua kota di Jawa Timur. Selain itu, Suyadi juga sering memasok batik gajah uling ke Italia, Perancis, Inggris, dan Australia.

Sumber: wisatadanbudaya.blogspot.com

Thursday, June 28, 2012

Jenis Batik Banyuwangi

Tak banyak orang yang tahu, bahwa sejatinya Banyuwangi merupakan salah satu daerah asal batik di Nusantara. Banyak motif asli batik khas Bumi Blambangan. Namun hingga sekarang, baru 21 jenis motif batik asli Banyuwangi yang diakui secara nasional.

Jenis-jenis batik Banyuwangi itu salah satunya antara lain:
1. Gajah Uling
2. Kangkung Setingkes
3. Alas Kobong
4. Paras Gempal
5. Kopi Pecah
6. Gèdèkan
7. Ukel
8. Moto Pitik
9. Sembruk Cacing
10. Blarak Semplah
11. Gringsing
12. Sekar Jagad

Semua nama motif dari batik asli Bumi blambangan ini ternyata banyak dipengaruhi oleh kondisi alam. Misalnya, Batik Gajah Uling yang cukup dikenal itu, motifnya berupa hewan seperti belut yang ukurannya cukup besar. Motif Sembruk Cacing juga motifnya seperti cacing dan motif Gedegan juga kayak gedeg (anyaman bambu). Motif-motif batik yang ada ini merupakan cerminan kekayaan alam yang ada di Banyuwangi. Motif batik seperti di Banyuwangi ini tidak akan ditemui di daerah lain dan merupakan khas Banyuwangi. 


Sumber: vindisweet.blogspot.com

Tuesday, June 19, 2012

Hana Tajima shawl tutorial

Resep Membuat Kue Donat

Bahan-bahan Donat :
  • 500 gr tepung terigu protein tinggi (pake yg serba guna juga bisa)
  • 100 gr gula pasir
  • 11 gr ragi instant
  • 1/4 sdt baking powder
  • 1/2 sdt garam
  • 2 kuning telor
  • 100 gr mentega
  • 250 ml susu cair dingin.
Cara membuat Donat :
  1. Campur jadi satu: tepung terigu, gula pasir, ragi instant, Baking Powder dan garam. Aduk hingga rata.
  2. Tambahkan kuning telur, aduk dan remas remas hingga rata dan berbutir halus.
  3. Tambahkan mentega, aduk dan remas kembali rata.
  4. Tuang susu cair sedikit demi sedikit sambil aduk hingga rata. Kemudian uleni adonan hingga licin dan kalis (tidak lengket ditangan). kira-kira 15 menit. Bulatkan adonan, tutup dengan lap basah dan bersih. Diamkan 1 jam.
  5. Bagi adonan menjadi 30 buah bola. Diamkan kembali 1 menit.
  6. Lubangi bola ditengah dengan menggunakan jari (atau pake cetakan donat kalo punya ;-p. Kemudian goreng dalam minyak panas dengan api kecil hingga mengembang dan kecoklatan. Angkat dan Tiriskan.  
Sumber: resepmasakanindonesia.info
pixel Resep Kue   Donat

Saturday, June 16, 2012

Selayang Pandang Tentang Batik

Baju dengan motif batik menjadi trend akhir-akhir ini. Berbagai motif dan model didesain dalam bentuk yang menarik sehingga menarik semua kalangan, khususnya kaum muda. Kaum muda mulai menghargai kerajinan ini yang merupakan salah satu kebudayaan Indonesia. Tidak seperti zaman dahulu, penggunaan batik batik dengan motif tertentu hanya boleh digunakan oleh kaum ningrat (kraton) dan pemakaiannya pun disesuaikan dengan acara, misalnya pada upacara pengantin, siraman, dan sebagainya. Sekarang, penggunaan motif batik bebas dan bervariasi.
Kata Batik sendiri berasal dari bahasa Jawa, yaitu “amba” yang berarti membuat, dan “tik” yang berarti titik sehingga batik memiliki arti membuat titik-titik. Batik pada zaman dahulu lekat dengan yang namanya canting. Karena zaman dahulu yang namanya batik adalah melukis pada kain dengan canting dan menggunakan malam/lilin sebagai perintang warna. Sekarang, batik tidak hanya dibuat dengan cantik, tapi bisa menggunakan cap, cetak sablon, dan printing. Menurut cara pembuatannya, batik dikelompokkan menjadi batik tulis, batik cap, batik sablon, dan batik printing. Batik tulis tetntunya memiliki nilai seni dan kualitas yang paling bagus. Harganya pun bisa mencapai jutaan rupiah.
Kain yang umumnya dibatik yaitu kain mori. Kain lainnya juga dapat dibatik seperti sutera dan berkolin. Kain mori sendiri digolongkan menjadi 4 yaitu :
   Primissima, merupakan kain mori yang sangat halus yang merupakan kualitas kelas I. Kain ini biasa digunakan untuk batik tulis.
   Prima, merupakan kain mori yang halus kualitas kedua yang mendekati primissima.
   Mori biru, kata ‘biru’ didapat dari merk kain ini yang dicetak dengan tinta biru. Biru diimport dari Belanda, Jepang, India dan China.Golongan kain ini biasanya digunakan untuk membuat batik sedang atau kasar. Batik dari kain batik golongan ini disebut ‘Batik Sandang’.
   Kain Blaco, merupakan golongan kain yang paling kasar . Warna kain ini belum diputihkan. Pengusaha batik juga sering menenun sendiri kain ini  dengan alat tenun bukan mesin.
Batik memiliki ragam hias atau desain yang terdiri dari beberapa komponen seperti isen, motif, dan ornamen. Ragam hias batik antara lain dipengaruhi aspek geografis daerah penghasil batik tersebut, yaitu ada batik vorstanlanden (pedalaman) dan batik pesisir. Batik vorstanlanden umumnya memiliki motif dan warna yang kurang dinamis, yaitu warna sogan, hitam, putih, dan biru. Daerah yang memproduksi batik ini antara lain Jogja dan Solo. Sedangkan Batik pesisir yaitu Kota Pekalongan, Cirebon, Semarang, Pemalang, Indramayu dan sebagainya. Batik pesisir memiliki motif yang bervariasi dengan warna yang cerah. Batik Pekalongan berani menampilkan batik dengan berbagai inovasi dan kreatifitas ragam hias (motif) dengan warna-warna yang cerah. Perkembangan batik di kota batik ini pun begitu pesat.
Dengan beragam motif dan warna tentunya menjadi daya tarik bagi penikmat batik. Apalagi untuk model pakaian batik mengikuti trend pakaian saat ini, tidak seperti dulu yang modelnya biasa-biasa saja. Oleh karena itu mari kita lestarikan batik yang merupakan kesenian Indonesia. JANGAN MALU PAKAI BATIK, OKE!!! Dengan Batik, kita juga bisa bergaya.
 
Sumber: amiafiyati.blogspot.com